Rabu, 16 April 2014

Batik Traditional of Indonesia



Batik merupakan salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia yang telah menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khas budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.




MOTIF DAN CORAK BATIK INDONESIA
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh di pakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Adapun jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Indonesia  sampai saat ini adalah sebagai berikut :


      1. Batik Pekalongan
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Hal ini disebabkan oleh banyaknya industri yang menghasilakan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.
Motif Batik Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun sering kali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis. Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan zaman. Misalnya pada waktu penjajahan jepang, maka lahir batik dengan nama ” Batik Jawa Hokokai” yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada tahun enam puluhan juga diciptakan batik dengan nama ”Tritura”. Bahkan pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ”SBY” yaitu motif batik yang mirip dengan kain tenun ikat dan songket. Warga Pekalongan tidak perna kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.




      2. Batik Mega Mendung



Hampir di seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang khas. tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya, dan Pekalongan. tetapi kekayaan seni batik daerah Cirebon juga tidak kalah disbanding kota-kota lainnya.

Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya.

Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina Bernama Ong TIe. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina.

Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun warnanya bergaya selera cina.

Motif Mega Mendung melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru, mulai biru muda hingga biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi kehidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan.


      3. Batik motif Truntun


      Boleh dibilang motif Truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta.

Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali.

       4. Batik Jlamprang
 



Motif – motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik adalah salah satu batik yang cukup popular diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik Jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.

      5. Batik Pegantin
 




Setiap motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki filosofi tersendiri. Pada motif Batik, Khususnya dari daerah jawa tengah, terutama Solo dan Yogya, setiap gambar memiliki makna. Hal ini ada hubungannya dengan arti atau makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang dianggap sakral dan hanya dapat dipakai pada kesempatan atau peristiwa tertentu, diantaranya pada upacara perkawinan.
     Motif Sido-Mukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang). Sido berarti terus menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif ini melambangka harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai. Selain Sido Mukti terdapat pula motif Sido Asih yang maknanya hidup dalam kasih sayang. Masih ada lagi motif Sido Mulyo yang berarti hidup dalam kemuliana dan Sido Luhur yang berarti dalam hidup selalu berbudi luhur.
Ada pula motif yang bukan sawitan kembar, tetapi biasanya dipakai pasangan pengantin yaiu motif Ratu Ratih berpasangan dengan Semen Rama, yang melambangkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebenarnya masih banyak lagi motif yang biasa dipakai pasangan pengantin, semuanya diciptakan dengan melambangkan harapan, pesan, niat dan itikad baik kepada pasangan pengantin. Pada Upacara Perkawinan Orang tua pengantin biasanya memakai motif Truntum yang dapat pula berarti menuntun, yang maknanya menuntun kedua mempelai dalam memasuki liku-liku kehidupan baru yaitu berumah tangga.
Dikenal juga motif Sido Wirasat, wirasat berarti nasehat, dan pada motif ini selalu terdapat kombinasi motif truntum di dalamnya, yang melambangkan orangtua akan selalu memberi nasehat dan menuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan berumahtangga.

      6. Batik Tiga Negeri



 
Kerumitan membuat sepotong batik tulis ternyata masih belum cukup jika kita tahu sejarah motif Batik Ttiga Negeri. Motif Batik Tiga Negeri merupakan gabungan batik khas Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman kolonial wilayah memiliki otonomi sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau hanya perpaduan motifnya yang khas masing-masing daerah masih wajar dan biasa, tetapi yang membuat batik ini memiliki nilai seni tinggi adalah prosesnya. Konon menurut para pembatik, air disetiap daerah memiliki pengaruh besar terhadap pewarnaan, dan ini masuk akal karena kandungan mineral air tanah berbeda menurut letak geografisnya. Maka dibuatlah batik ini di masing-masing daerah. Pertama, kain batik ini dibuat di Lasem dengan warna merah yang khas, seperti merah darah, setelah itu kain batik tersebut dibawa ke Pekalongan dan dibatik dengan warna biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan yang khas di kota Solo.
Mengingat sarana transportasi pada zaman itu tidak sebaik sekarang, maka kain Batik Tiga Negeri ini dapat dikatakan sebagai salah satu masterpiece batik.


      7. Batik Pagi Sore

 
Desain batik pagi sore mulai ada pada jaman penjajahan Jepang. Pada waktu itu karena sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain batik pagi sore. Satu kain batik dibuat dengan dua desain motif yang berbeda. Sehingga jika pada pagi hari kita menggunakan sisi motif yang satu, maka sore harinya kita dapat mengenakan motif yg berbeda dari sisi kain yang lainnya,jadi terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1 lembar kain.

Tentu saja sekarang jarang sekali orang yang memakai kain kebaya (jarik) untuk sehari-hari, tetapi motif pagi/sore masih banyak di buat pada produk batik lainnya. Biasanya kain sutra ada yang dibuat 2 motif pada satu lembar kain jadi dapat dibuat dua baju, ada pula scarf yang biasa dipakai untuk jilbab, dibuat setengah polos dan setengah motif. Batik pagi sore memang alternatif untuk memiliki ragam batik dengan biaya terbatas.

§  Jenis-jenis Batik Berdasarkan Asal Pembuatannya adalah sebagai baerikut:
   Batik Jawa
Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.

§  Jenis-jenis Batik Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut :
   Batik Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
   Batik Cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
     Batik Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan cara maupun alat dan bahan pembuatannya di bawah
  
Batik Tulis
   *  Teknik               :
Kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.

   *   Cara pembuatan           :          
·         Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan pensil
·         Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan
·         Nyalakan kompor/anglo. Taruh malam/lilin ke dalam wajan dan panaskan wajan dengan api kecil sampai malam mencair sempurna. Biarkan api tetap menyala kecil
·         Mulailah membatik dengan cara ambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas, kemudian goreskan canting dengan mengikuti motif yang telah ada. Hati-hati jangan sampai malam yang cair menetes diatas permukaan kain karena akan mempengarufi hasil motif batik
·         Setelah semua motif tertutup malam, maka proses selanjutnya adalah proses pewarnaan
·         Siapkan bahan pewarna di dalam ember, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna dengan menggunakan kuas, ulangi sampai beberapa kali.
·         Tahap selanjutnya adalah proses penghilangan lilin batik dengan cara pengerakan dan melarod
·         Tahap terakhir dari proses pembuatan batik ini adalah proses pencucian dan penjemuran.

   * Alat dan bahan :
·         Canting --> canting adalah alat untuk membatik. Biasanya terbuat dari bahan tembaga yang ujungnya menyerupai paruh burung
·         Gawangan --> adalah tempat untuk meletakkan kain yang akan dibatik. Gawangan dapat terbuat dari kayu atau bambu
·         Wajan --> berupa wajan kecil untuk mencairkan malam atau lilin. Wajan ini bisa terbuat dari tembaga atau tanah liat
·         Anglo / kompor kecil--> digunakan untuk memanaskan wajan
·         Malam/lilin --> malam batik terbuat dari campuran berbagai jenis bahan yang berupa gondorukem, lemak minyak kelapa, dan parafin
·         Bahan pewarna --> biasa juga disebut sebagai wedel atau tom





  *  Batik Cap
   *  Teknik               :
Kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap yang terbuat dari tembaga. Pembuatan batik ini hanya memakan waktu kurang lebih 2-3 hari.

   * Cara pembuatan           :
·         Kain mori diletakkan di atas meja dengan alas dibawahnya menggunakan bahan yang empuk.
·         Malam direbus hingga suhu 60 – 70 derajat Celsius.
·         Cap dicelupkan ke malam yang telah mencair tadi tetapi hanya 2cm saja dari bagian bawah cap.
·         Kemudian kain mori di cap dengan tekanan yang cukup supaya rapih. Pada proses ini, cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori
·         Selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan cara mencelupkan kain mori yang sudah di cap tadi ke dalam tangki yang berisi cairan pewarna.
·         Kain mori direbus supaya cairan malam yang menempel hilang dari kain.
·         Proses pengecapan>pewarnaan>penggodogan diulangi kembali jika ingin diberikan kombinasi beberapa warna.
·         Setelah itu, proses pembersihan dan pencerahan warna dengan menggunakan soda.
·         Penjemuran kemudian disetrika supaya rapih.

   *   Alat dan bahan :
·         Cap
·         Meja
·         Lilin malam
·         Pewarna


   *  Batik Lukis
    *  Teknik               :
Proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

    *  Cara pembuatan           :
·      Siapkan selembar kain mori.
·      Buatlah gambar pola pada kain tersebut sesuai kreasimu sendiri,
·      Tebali pola dengan cairan lilin malam yang telah dipanaskan. Gunakan ukuran canting yang sesuai pola. Kalian bisa menggunakan canting biasa (tradisional) boleh pula menggunakan kuas untuk mendapatkan karakter yang pas.
·      Berilah warna dengan menggunakan teknik celup atau coletan setelah lilin pada kain mori mengering.
·      Setelah pewarnaan selesai keringkan dengan cara diangin-anginkan.
·      Keroklah lilin pada kain mori dengan pisau tumpul  agar mori tidak rusak. pada proses ini tentu hasilnya belum benar-benar bersih lilinnya, maka lakukan dengan cara di seterika agar benar-benar bersih.
Cara yang digunakan untuk menghilangkan lilin dengan seterika adalah sebagai berikut :

·      Kain batik yang sudah dicelup warna dan siap dilepaskan sebaiknya lilinnya dibiarkan dalam keadaan kering.
·      Siapkan alat sejenis pisau tumpul, kemudian keroklah bagian lilin yang tebal yang menempel pada kain batik dengan alat ini sehingga sebagaian besar lilin terlepas dari kain. 
·      Siapkan beberapa kertas koran bekas, kertas tisu dan seterika listrik.
·      Letakkan kain batik di atas kertas koran sebagai landasan, kemudian letakkan lembaran kertas tisu pada bagian lilin yang akan dibersihkan . Tutup bagian atas kertas tisu dengan kertas koran kemudian seterikalah seperti ketika menyeterika pakaian.
·      Dengan diseterika maka lilin akan meleleh karena panas. Lilin yang sudah meleleh tersebut akan menempel pada kertas tisu. Ulangilah pekerjaan ini sampai lilin bersih.

    * Alat dan bahan :
·         Kain mori
·         Lilin malam
·         Canting
·         Pewarna
·         Pisau tumpul
·         Koran bekas
·         Tisu
·         Setrika listrik
  


PERKEMBANGAN BATIK MASA KINI

            Saat ini batik banyak kita jumpai pada barang barang keseharian di sekitar kita. Corak dan motif batik yang beraneka ragam dan menarik dapat diaplikasikan pada berbagai jenis barang contoh ; pakaian, tas, pajangan rumah, sprei, dan lain sebagainya. Dengan pengaplikasian seperti ini batik menjadi lebih dekat di kalangan masyarakat. Bukan hanya pada kalangan atas atau pada forum formal. Bahkan pengaplikasian batik pada benda benda seperti itu sangat di minati para wisatawan domestik sampai mancanegara. Ini membuktikan bahwa batik sangat populer dan mendunia karena pesonanya.


DAFTAR PUSTAKA