Batik merupakan salah satu
ciri khas kebudayaan Indonesia yang telah menjadi warisan peradaban dunia.
Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya
sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khas
budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai
corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.
MOTIF DAN CORAK BATIK INDONESIA
Ragam corak dan warna
Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam
corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh di pakai oleh
kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti
para pedagang asing dan juga para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah
dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Batik tradisional tetap
mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena
biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Adapun
jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Indonesia
sampai saat ini adalah sebagai berikut :
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan pekalongan layak
menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Hal ini disebabkan oleh banyaknya industri yang
menghasilakan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan
dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup
lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat,
ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan
keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah perdagangan dan kesiapan
masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.
Motif Batik
Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun sering kali dimodifikasi dengan
variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga
8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis. Keistimewaan Batik Pekalongan
adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan zaman. Misalnya pada
waktu penjajahan jepang, maka lahir batik dengan nama ” Batik Jawa Hokokai”
yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada tahun enam
puluhan juga diciptakan batik dengan nama ”Tritura”. Bahkan pada tahun 2005,
sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ”SBY” yaitu
motif batik yang mirip dengan kain tenun ikat dan songket. Warga Pekalongan
tidak perna kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.
Tentu saja sekarang
jarang sekali orang yang memakai kain kebaya (jarik) untuk sehari-hari, tetapi
motif pagi/sore masih banyak di buat pada produk batik lainnya. Biasanya kain
sutra ada yang dibuat 2 motif pada satu lembar kain jadi dapat dibuat dua baju,
ada pula scarf yang biasa dipakai untuk jilbab, dibuat setengah polos dan
setengah motif. Batik pagi sore memang alternatif untuk memiliki ragam batik
dengan biaya terbatas.
2. Batik Mega Mendung
Hampir di seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang khas.
tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya, dan
Pekalongan. tetapi kekayaan seni batik daerah Cirebon juga tidak kalah
disbanding kota-kota lainnya.
Menurut
sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai
pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah satu pendatang yang cukup
berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari
negerinya.
Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan ajaran
Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina Bernama Ong TIe.
Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik.
Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri cina ini akhirnya mempengaruhi
motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina.
Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega
Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun
warnanya bergaya selera cina.
Motif Mega Mendung melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan sebagai
pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna
biru, mulai biru muda hingga biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap
yang mengandung air hujan, pemberi kehidupan, sedangkan warna biru muda
melambangkan semakin cerahnya kehidupan.
3. Batik motif Truntun
Boleh dibilang motif Truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali.
Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta.
Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan
oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan
menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu
membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini
menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian
Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu
Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit
kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja
bersemi kembali atau tum-tum kembali,
sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi
kembali.
4. Batik Jlamprang
Motif – motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama
Nitik adalah salah satu batik yang cukup popular diproduksi di daerah Krapyak
Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India
yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan
menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik Jlamprang ini
diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.
5. Batik Pegantin
Setiap motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki filosofi
tersendiri. Pada motif Batik, Khususnya dari daerah jawa tengah, terutama Solo
dan Yogya, setiap gambar memiliki makna. Hal ini ada hubungannya dengan arti
atau makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang
dianggap sakral dan hanya dapat dipakai pada kesempatan atau peristiwa
tertentu, diantaranya pada upacara perkawinan.
Motif Sido-Mukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada
acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan
(sepasang). Sido berarti terus
menerus atau menjadi dan mukti
berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif
ini melambangka harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua
mempelai. Selain Sido Mukti
terdapat pula motif Sido Asih
yang maknanya hidup dalam kasih sayang. Masih ada lagi motif Sido Mulyo yang berarti hidup dalam
kemuliana dan Sido Luhur yang
berarti dalam hidup selalu berbudi luhur.
Ada pula motif yang bukan sawitan kembar, tetapi biasanya dipakai pasangan pengantin yaiu
motif Ratu Ratih berpasangan
dengan Semen Rama, yang
melambangkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebenarnya masih banyak
lagi motif yang biasa dipakai pasangan pengantin, semuanya diciptakan dengan
melambangkan harapan, pesan, niat dan itikad baik kepada pasangan pengantin.
Pada Upacara Perkawinan Orang tua pengantin biasanya memakai motif Truntum yang
dapat pula berarti menuntun, yang maknanya menuntun kedua mempelai dalam
memasuki liku-liku kehidupan baru yaitu berumah tangga.
Dikenal juga motif Sido Wirasat,
wirasat berarti nasehat, dan pada motif ini selalu terdapat kombinasi motif
truntum di dalamnya, yang melambangkan orangtua akan selalu memberi nasehat dan
menuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan berumahtangga.
6. Batik Tiga Negeri
Kerumitan membuat sepotong batik tulis ternyata masih belum cukup jika kita
tahu sejarah motif Batik Ttiga Negeri. Motif Batik Tiga Negeri merupakan
gabungan batik khas Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman kolonial wilayah
memiliki otonomi sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau hanya perpaduan
motifnya yang khas masing-masing daerah masih wajar dan biasa, tetapi yang
membuat batik ini memiliki nilai seni tinggi adalah prosesnya. Konon menurut
para pembatik, air disetiap daerah memiliki pengaruh besar terhadap pewarnaan,
dan ini masuk akal karena kandungan mineral air tanah berbeda menurut letak
geografisnya. Maka dibuatlah batik ini di masing-masing daerah. Pertama, kain
batik ini dibuat di Lasem dengan warna merah yang khas, seperti merah darah,
setelah itu kain batik tersebut dibawa ke Pekalongan dan dibatik dengan warna
biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan yang khas di kota Solo.
Mengingat sarana transportasi pada zaman itu tidak sebaik sekarang, maka
kain Batik Tiga Negeri ini dapat dikatakan sebagai salah satu masterpiece
batik.
7. Batik Pagi Sore
Desain batik pagi sore mulai ada pada jaman penjajahan Jepang. Pada waktu
itu karena sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain batik pagi
sore. Satu kain batik dibuat dengan dua desain motif yang berbeda. Sehingga
jika pada pagi hari kita menggunakan sisi motif yang satu, maka sore harinya
kita dapat mengenakan motif yg berbeda dari sisi kain yang lainnya,jadi
terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1 lembar kain.
§ Jenis-jenis Batik Berdasarkan Asal Pembuatannya
adalah sebagai baerikut:
Batik Jawa
Batik Jawa adalah sebuah
warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai
orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang
berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu
mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna
yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme
atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang
biasa disebut dengan batik Solo.
§ Jenis-jenis Batik Berdasarkan Tekniknya adalah
sebagai berikut :
Batik Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik
menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3
bulan.
Batik Cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik
yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses
pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Batik Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung
melukis pada kain putih.
Untuk
lebih jelasnya akan kami uraikan cara maupun alat dan bahan pembuatannya di
bawah
Batik
Tulis
* Teknik :
Kain yang
dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik ini
memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
* Cara pembuatan :
·
Siapkan kain, buat motif
diatas kain dengan menggunakan pensil
·
Setelah motif selesai
dibuat, sampirkan kain pada gawangan
·
Nyalakan kompor/anglo.
Taruh malam/lilin ke dalam wajan dan panaskan wajan dengan api kecil sampai
malam mencair sempurna. Biarkan api tetap menyala kecil
·
Mulailah membatik dengan
cara ambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar
biar tidak terlalu panas, kemudian goreskan canting dengan mengikuti motif yang
telah ada. Hati-hati jangan sampai malam yang cair menetes diatas permukaan
kain karena akan mempengarufi hasil motif batik
·
Setelah semua motif
tertutup malam, maka proses selanjutnya adalah proses pewarnaan
·
Siapkan bahan pewarna di
dalam ember, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna dengan
menggunakan kuas, ulangi sampai beberapa kali.
·
Tahap selanjutnya adalah
proses penghilangan lilin batik dengan cara pengerakan dan melarod
·
Tahap terakhir dari
proses pembuatan batik ini adalah proses pencucian dan penjemuran.
* Alat dan bahan :
·
Canting --> canting
adalah alat untuk membatik. Biasanya terbuat dari bahan tembaga yang ujungnya
menyerupai paruh burung
·
Gawangan --> adalah
tempat untuk meletakkan kain yang akan dibatik. Gawangan dapat terbuat dari
kayu atau bambu
·
Wajan --> berupa wajan
kecil untuk mencairkan malam atau lilin. Wajan ini bisa terbuat dari tembaga
atau tanah liat
·
Anglo / kompor
kecil--> digunakan untuk memanaskan wajan
·
Malam/lilin --> malam
batik terbuat dari campuran berbagai jenis bahan yang berupa gondorukem, lemak
minyak kelapa, dan parafin
·
Bahan pewarna -->
biasa juga disebut sebagai wedel atau tom
* Batik Cap
* Teknik :
Kain yang
dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap yang terbuat
dari tembaga. Pembuatan batik ini hanya memakan waktu kurang lebih 2-3 hari.
* Cara pembuatan :
·
Kain mori diletakkan di
atas meja dengan alas dibawahnya menggunakan bahan yang empuk.
·
Malam direbus hingga suhu
60 – 70 derajat Celsius.
·
Cap dicelupkan ke malam
yang telah mencair tadi tetapi hanya 2cm saja dari bagian bawah cap.
·
Kemudian kain mori di cap
dengan tekanan yang cukup supaya rapih. Pada proses ini, cairan malam akan
meresap ke dalam pori-pori kain mori
·
Selanjutnya adalah proses
pewarnaan dengan cara mencelupkan kain mori yang sudah di cap tadi ke dalam
tangki yang berisi cairan pewarna.
·
Kain mori direbus supaya
cairan malam yang menempel hilang dari kain.
·
Proses
pengecapan>pewarnaan>penggodogan diulangi kembali jika ingin diberikan
kombinasi beberapa warna.
·
Setelah itu, proses
pembersihan dan pencerahan warna dengan menggunakan soda.
·
Penjemuran kemudian
disetrika supaya rapih.
* Alat dan bahan :
·
Cap
·
Meja
·
Lilin malam
·
Pewarna
* Batik Lukis
* Teknik :
Proses
pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
* Cara pembuatan :
· Siapkan selembar kain mori.
· Buatlah gambar pola pada kain tersebut
sesuai kreasimu sendiri,
· Tebali pola dengan cairan lilin malam
yang telah dipanaskan. Gunakan ukuran canting yang sesuai pola. Kalian bisa
menggunakan canting biasa (tradisional) boleh pula menggunakan kuas untuk
mendapatkan karakter yang pas.
· Berilah warna dengan menggunakan
teknik celup atau coletan setelah lilin pada kain mori mengering.
· Setelah pewarnaan selesai keringkan
dengan cara diangin-anginkan.
· Keroklah lilin pada kain mori dengan
pisau tumpul agar mori tidak rusak. pada proses ini tentu hasilnya belum
benar-benar bersih lilinnya, maka lakukan dengan cara di seterika agar
benar-benar bersih.
Cara yang digunakan untuk
menghilangkan lilin dengan seterika adalah sebagai berikut :
· Kain batik yang sudah dicelup warna
dan siap dilepaskan sebaiknya lilinnya dibiarkan dalam keadaan kering.
· Siapkan alat sejenis pisau tumpul,
kemudian keroklah bagian lilin yang tebal yang menempel pada kain batik dengan
alat ini sehingga sebagaian besar lilin terlepas dari kain.
· Siapkan beberapa kertas koran bekas,
kertas tisu dan seterika listrik.
· Letakkan kain batik di atas kertas
koran sebagai landasan, kemudian letakkan lembaran kertas tisu pada bagian
lilin yang akan dibersihkan . Tutup bagian atas kertas tisu dengan kertas koran
kemudian seterikalah seperti ketika menyeterika pakaian.
· Dengan diseterika maka lilin akan
meleleh karena panas. Lilin yang sudah meleleh tersebut akan menempel pada
kertas tisu. Ulangilah pekerjaan ini sampai lilin bersih.
* Alat dan bahan :
·
Kain mori
·
Lilin malam
·
Canting
·
Pewarna
·
Pisau tumpul
·
Koran bekas
·
Tisu
·
Setrika listrik
PERKEMBANGAN
BATIK MASA KINI
Saat ini batik banyak kita jumpai pada barang barang
keseharian di sekitar kita. Corak dan motif batik yang beraneka ragam dan
menarik dapat diaplikasikan pada berbagai jenis barang contoh ; pakaian, tas,
pajangan rumah, sprei, dan lain sebagainya. Dengan pengaplikasian seperti ini
batik menjadi lebih dekat di kalangan masyarakat. Bukan hanya pada kalangan
atas atau pada forum formal. Bahkan pengaplikasian batik pada benda benda
seperti itu sangat di minati para wisatawan domestik sampai mancanegara. Ini membuktikan bahwa batik sangat
populer dan mendunia karena pesonanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar